Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
DANNY AJAR BASKORO

Powered by Blogger

Senin, 25 Mei 2009

MEMBANGUN MASYARAKAT INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI



Perguruan tinggi mempunyai dua pertanggungjawaban dalam pengembangan Masyarakat Informasi secara nyata. Pertama, harus memperkenalkan sejumlah keprofesionalan yang berkualitas untuk menghadirkan permintaan teknologi lanjut di masa yang akan datang secara jangka pendek dan mengurangi jurang lebar antara derajad akademik, kapasitas dan pengetahuan baru yang terkait pada permintaan teknologi informasi. Kedua, perguruan tingi harus menggunakan ICT (teknologi informasi dan komunikasi) untuk mendorong pengajaran dan pembelajaran on-line, sebagai pelengkap pendidikan tradisional melalui cara tersendiri (Artola dan Carrera, 2003). Upaya menuju perubahan transformatif tersebut akan membentuk para revolusioner ICT menjadi pengendara penting dari perubahan pervasif ini (Roche, dkk, 2003).
Kelanjutan dari pengembangan tersebut, paradigma baru dari ICT mulai bergeser dan berkecenderungan pada teknologi digital. Hillesund (2005) menjelaskan bahwa proses transformasi digital merupakan suatu proses evolusioner yang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Pergeserannya pun semakin tampak mengarah pada XML (eXensible Markup Language) dan penggunaan “penerbitan digital” (digital publishing) seperti e-book, e-journal, yang mana memanfaatkan teknologi Web melalui aplikasi e-learning atau ensiklopedi digital.


Seiring dengan perkembangan dan pergeseran teknologi digital tersebut, inovasi pembelajaran berbasis digital pun mulai marak dihadirkan. Inovasi pembelajaran yang dimaksud adalah M-learning (mobile learning), yakni pembelajaran bergerak (Trifonofa dan Ronchetti, 2003; Larrauri, dkk, 2003) yang dihembuskan melalui software, hardware, maupun brain/lifeware-nya.
Seiring dengan pesatnya teknologi digital saat ini, bentuk rancangan pembelajaran berbasis digital pun mulai marak dikembangkan dengan menawarkan bentuk pendekatan pragmatis-eklektis. Reigeluth (dalam Plomp&Elly, 1996:164) menjelaskan bahwa pendekatan pragmatis-eklektis memusatkan perhatiannya pada bagaimana baiknya sebuah teori preskriptif mencapai tujuan praktisnya. Ditambahkan oleh Visscher-Voerman (2004), dasar pemikiran pragmatis ditemukan dalam sektor multimedia yang melibatkan rancangan program komputer, bahkan juga digunakan oleh perancang buku teks. Rancangannya pun hanya melakukan sebuah analisis terbatas, lalu melangkah lagi secara cepat pada aktivitas rancangan lainnya.
Eklektisisme, dalam sejarah filosofi, mengikuti sebuah periode dari keragu-raguan (Hjorland & Nicolaisen, 2005). Eklektisisme mempertimbangkan sebagai suatu studi dari opini-opini dan teori-teori lainnya supaya mendapatkan beberapa bantuan dan pencerahan, mempunyai tempat dalam ilmu filosofi; bagian dari metode filosofi; tetapi masih sebagai sebuah doktrin yang tidak memenuhi secara keseluruhan. Tidak hanya terbatas pada rancangannya saja, pendekatan eklektis ini juga mulai merambah pada pelaksanaan evaluasi juga, seperti yang ditawarkan oleh Schankman (2004) dengan menggagas model evaluasi menyeluruh untuk program online akademik. Untuk mengintegrasi model-model program pengembangan holistik-eklektis di perguruan tinggi, sangatlah tergantung pada kebutuhan dan tekanan penting dari pembuatan hubungan antara program-program berbeda untuk memperoleh sebuah model komprehensif dan terpadu (Roche, dkk, 2003).
Oleh karena itu, sejak teknologi informasi dan komunikasi berbasis digital mempunyai peran penting dalam berintegrasi ke dalam kurikulum, maka dipandang perlu untuk merumuskan konsep dasar atas penerapannya secara makro maupun mikronya.

Rujukan:
Artola, A.A., & Carrera, L.U. 2003. Technology Innovation and University: The Urgent Need of an Active Planning. Digital Learning-Teaching Environments and Contents, (Online), Vol. 2, No. 1, (http://www.formatex.org/jdc/viewissue.php).
Hillesund, T. 2005. Digital Text Cycles: From Medieval Manuscripts to Modern Markup. Journal of Digital Information, (Online), Vol. 6, No. 309, (http://jodi.tamu.edu/Articles/v06/i01/Hillesund).

Roche, V., Towers, S., Gunson, C., D’Abrew, N., & McLain, L. A Grass Roots Model of Effective Profesional Development for Transformative Change in Higher Education, (Online), (www.ecu.edu.au/converences/herdsa/main/papers.nouref/pdf/Valroche.pdf)
Schankman, L. 2004. Holistic Evaluation of an Academic Online Program. The Annual Conference on Distance Teaching ang Learning, (Online), (http://library.mansfield.edu/larry/evalplan.pdf).
Trifonofa, A., & Rochetti, M. 2003. A General Architecture for M-Learning. Digital Learning-Teaching Environments and Contents, (Online), Vol. 2, No. 1, (http://www.formatex.org/jdc/viewissue.php).
Visscher-voerman, I., & Gustafson, K.L. 2004. Paradigms in the Theory and Practice of Education and Training Design. Educational Technology Research and Development, 52(2): 69-90.



SELENGKAPNYA.....

BELAJAR BAGAIKAN AIR YANG MENGALIR


Belajar merupakan proses yang indah, menyenangkan, menggairahkan, dan menakjubkan karena belajar sifatnya dinamis yang senantiasa tiap saat, tiap waktu selalu mengalami perubahan dan perubahan. Bukankah belajar itu seperti air yang mengalir yang terus bergerak dan berubah. Dalam pergerakan dan perubahan tersebut terdapat kolaborasi antar molekul-molekul air yang saling bersentuhan, bersinggungan dan bersinergi. Manakala air itu lewat pada aliran yang lapang, air akan berjalan dengan tenang, tetapi manakala melewati aliran yang sempit air akan bergerak sangat cepat, dan manakala terhimpit gerakannya air akan mencuat sekencang-kencangnya. Manakala menghadapi bendungan masalah yang besar dan kokoh molekul-molekul air tersebut terus bergerak berputar mencari celah-celah sambil menunggu yang lain untuk menyusun kekuatan bagaimanana cara merobohkan bendungan masalah tersebut. Manakala menghadapi masalah yang terjal mereka tidak cemberut, tidak pesimis justru bergemuruh, bersorak-sorak dan bersukacita, karena kedatangannya ditunggu-tunggu.
Itulah belajar sesungguhnya yang selalu berubah dan berubah. Namun dalam benak kita sering beranggapan dan berfikir bahwa untuk berubah bukanlah hal yang mudah, berfikir seperti itulah yang harus kita ubah agar kita mudah mengikuti perubahan.
Jika kita ingin belajar maka kita harus mengikuti perubahan, jika tidak maka maka kita terperdaya oleh perubahan itu sendiri. Seperti uraian kata indah pendahulu kita :
“ Jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin itulah orang yang celaka
Jika hari ini sama dengan hari kemarin itulah orang yang merugi
Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin itulah orang yang beruntung”
Kita tinggal memilih, mau celaka, merugi atau beruntung? Agar kita beruntung belajarlah mengikuti perubahan.





SELENGKAPNYA.....