Rabu, 23 Januari 2013
STRUKTUR KURIKULUM 2013
Kamis, 01 Desember 2011
Strategi Pembelajaran Kognitif yang Dapat Membantu Siswa Belajar
Dalam menambah strategi umum pembelajaran ini, siswa dapat memiliki pengetahuan tentang variasi strategi metakognitif yang bermanfaat dalam perencanaan, monitoring dan pengulangan kognisinya.
Terdapat strategi kognitif yang juga dikemukakan oleh Arends (2001) yaitu :
a. Strategi Rehearsal ( strategi mengulang) yaitu kegiatan menghafal materi melalui pengulangan, misalnya mengulangi nomor telpon yang baru.
b. Strategi Elaboration ( starategi elaborasi) yakni penambahan informasi
baru secara mendetail pengkreasian hubungan- hubungan misalnya
menggunakan teknik menghafal dan menambahkan satu informasi
baru secara detail.
c. Strategy Organizational (strategi pengorganisasian), yakni
mengorganisasikan kembali atau memilih ide- ide utama dalam satu
bentuk informasi yang luas misalnya membuat sketsa, menghafal dan
memetakan.
d. Strategy Metacognition (strategi metakognisi), yakni berpikir tentang
berpikir, memonitor proses kognitif, misalkan bahwa strategi tebaik
untuk memahami satu teks yang baru adalah mengkreasikan satu
skema dari ide utamanya.
Menurut Slavin (2000: 203) Ada 4 strategi yang dipakai untuk membantu strategi belajar siswa, antara lain:
a) Note-Taking
Pengambilan catatan umumnya dilakukan dalam membaca maupun mengikuti apa yang diterangkan guru. Hal ini sangat berguna karena note-taking dapat menerima satu proses mental mendapatkan ide utama tentang keputusan seseorang. Cara note-taking untuk mengambil konsep- konsep materi yang rumit atau kompleks yang juga merupakan tugas- tugas yang sulit untuk mengenal ide- ide utama (Andreas & Abraham 1984 dalam Slavin (2000 :204)) menegaskan juga bahwa hal ini merupakan satu tingkatan tinggi proses untuk mendapatkan informasi.
b) Underlining (menggarisbawahi)
Menggarisbawahi merupakan strategi belajar yang sangat dikenal. Para ahli menemukan bahwa metode ini hanya memiliki sedikit keuntungan pada umumnya. Persoalan adalah kebanyakan siswa gagal membuat keputusan tentang materi apa yang sangat sulit dan mana yang sederhana untuk digarisbawahi. Bila siswa diminta menggarisbawahi kalimat yang sangat penting maka hal ini merupakan satu tingkatan yang tertinggi dalam proses menemukan informasi.
c) Summarizing ( Ringkasan/ Iktisar)
Ringkasan memuat pernyataan–pernyataan yang ringkas dari apa yang merupakan ide utama dari apa yang dibacanya. Strategi penggunaanya tergantung pada siswa yang menggunakan. Satu cara efektif dalam membuat ringkasan setelah membaca setiap paragraf. Disisi lain siswa membuat ringkasan untuk menolong orang lain untuk belajar tentang materi secara bagian- bagian sebab kegiatan ini lebih fokus pada ringkasan dan mempertimbangkan secara serius apa yang penting dan yang tidak penting.Tapi ada beberapa penelitianyang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh dalam membuat catatan hal ini membuat strategi belajar menjadi rendah dalam menambah materi tulisan menjadi komprehensif tapi tak dimengerti merurut Anderson & Armbruster 1984 dalam Slavin 2000.
d) Outlining dan Mapping ( Jaringan/ sketsa dan pemetaan)
Strategi belajar yang meminta siswa dalam menyajikan kembali materi yang dipelajari dalam bentuk sketsa. Strategi–strategi ini meliputi jaringan, dan pemetaan. Outlining menyajikan point- point utama dari materi dalam satu format yang hirarkhi. Dalam membuat jaringan dan pemetaan, siswa mengenal ide- ide utama kemudian membuat diagram untuk menghubungkan satu bagian terhadap yang lain. Salah satu teknik belajar yang sangat dikenal untuk menolong siswa mengerti dan mengingat adalah metode PQ4R. Metode ini dijelaskan oleh Thomas & Robinson dalam Slavin (2000:204). PQ4R adalah kepanjangan kata dari:
1. Preview. ( Mengawali)
2. Question ( Bertanya)
3. Read ( Membaca)
4. Reflect ( Memantul/ merefleksikan)
5. Recite ( Merenung)
6. Review ( Mengulang)
SELENGKAPNYA.....
Minggu, 27 November 2011
Bagaimana Ketrampilan Metakognitif Membantu Siswa Belajar?
Untuk menjawab pertanyaan ini maka perlu kami mengkaji terlebih dahulu konsep landasan teori tentang metakognisis itu sendiri. Metakognisi merupakan istilah yang dimunculkan oleh John Flavell (1985) dalam Slavin (2000) yang didefinisikan dalam bentuk yang sederhana sebagai pemikiran tentang pemikiran
("thinking about thinking"). Menurut Anderson dan Krathwohl (2001:43) penambahan awalan "meta" pada kata kognisi untuk merefleksikan ide bahwa metakognisi adalah " tentang " atau "di atas" atau " melebihi" kognisi
Dengan demikian secara harfiah metakognitif diartikan sebagai kognitif tentang kognisi, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang berpikir.
Pendapat yang sama dikemukakan Wolfolk (1998), bahwa metakognitif adalah pengetahuan deklaratif atau pengetahuan tentang diri kita sebagai pebelajar, faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan ingatan kita, ketrampilan- ketrampilan serta strategi- strategi dan sumber- sumber yang diperlukan untuk mengerjakan satu tugas, atau secara umum mengetahui "what to do (apa yang dilakukan); pengetahuan prosedur atau pengetahuan tentang "How to use the strategies" dan pengetahuan kondisional atau pengetahuan untuk memastikan kelengkapan dari tugas yang dikerjakan atau pengetahuan tentang "Where" and "Why" to apply the procedures and strategies (kapan dan mengapa prosedur dan strategi tersebut digunakan).
Slavin (2000: 203) memperjelas bahwa ada satu strategi dalam membantu siswa belajar yakni mengajukan pertanyaan pada diri sendiri dengan menggunakan kata tanya WH-Quetion seperti Who, What, Why, Where dan How untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh si belajar itu sendiri.
SELENGKAPNYA.....
Sabtu, 26 November 2011
Bagaimana Bentuk Tugas yang Bermakna?
Secara umum tugas bermakna ada tiga kategori:
1.Tugas yang berorientasi aplikasi,
" Menjawab pertanyaan yang spesifik
" Apakah ini yang terbaik ?,
" Bagaimana melukiskan karakteristiknya?
2.Tugas yang berjangka panjang: pembelajaran berbasis proyek
3.Tugas yang student-directed.
Karakteristik yang paling utama jika suatu tugas dikatakan bermakna adalah::
1. Para siswa mempunyai kontrol atas tugasnya
2. Para siswa mempunyai kontrol pengalaman yang tidak langsung atas produk dari tugasnya.
Penggunaan tugas yang bermakna
Karena kompleksnya tugas yang bermakna, maka, para siswa perlu memahami secara kritis aspek-aspek yang mendasari tugas bermakna.
Menurut Beyer's ( 1988) ada lima langkah dalam tugas bermakna:
1. Guru memperkenalkan proses yang digambarkan dan menunjukkan langkah-langkahnya, menjelaskan kapan proses harus digunakan, dan menamai proses.
2. Para siswa mengadakan percobaan, guru menyediakan materi/topik yang bersifat umum dan menarik, membiarkan mereka untuk bekerja tanpa interferensi guru.
3. Para siswa memikirkan apa yang terjadi dalam fikiran mereka, ini yang sering disebut metakognitif, dan menggunakannya untuk belajar proses. Hal ini bisa dilaksanakan melalui kooperatif learning.
4. Sebagai hasil refleksi, siswa boleh melakukan perubahan strategi, manakala ada sesuatu yang harus dimodifikasi.
5. Akhirnya, para siswa mencoba proses yang dimodifikasi dan merefleksi penggunaannya.
Jika tugas yang bermakna tidak seperti diatas, maka guru perlu menyiapkan dan memandu siswa dalam bentuk tugas yang terstruktur.
SELENGKAPNYA.....
Kamis, 03 Maret 2011
TEORI BELAJAR " LATERAL THINKING"
Penemu : Edward de Bono (1971)
Fokus : menyelesaikan masalah dengan melihat dari sudut pandang yang lain.
Edward de Bono penemu lateral thinking berpendapat bahwa dibutuhkan perpektif yang lain dalam pemecahan masalah. Menurut de Bono ada empat faktor sebagai berikut:
(1).Mengenali pokok permasalahan supaya dapat memberikan sudut pandang lain masalah.
(2).mencari cara-cara lain dari yang biasanya.
(3).Melepaskan pikiran dari kekakuan pada umumnya.
(4).Menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada untuk mengembangkan ide-ide yang lain
Faktor keempat berkaitan dengan kenyataan yang ada, bahwa umumnya lateral thinking berhasil pada ide yang pada mulanya memiliki kemungkinan keberhasilan yang kecil.
Lateral Thinking hampir sama dengan teori Gestalt (Wertheimer).
Aplikasi:
Teori ini banyak dicobakan pada pengembangan manajemen dan pengajaran anak-anak.
Prinsip:
Mencari perspektif lain dari suatu masalah, caranya dengan memecah masalah menjadi elemen-elemen pembentuknya. Kemudian dari elemen-elemen tersebut, kembali dibentuk/dikombinasikan ulang cara yang lain.
SELENGKAPNYA.....
Rabu, 02 Maret 2011
TEORI BELAJAR "ADULT LEARNING"
Penemu : K.P. Cross (1981)
Fokus : Model pembelajaran bagi orang dewasa
Model CAL (Characteristic of Adults as Learners) diungkapakan oleh Cross (1981) untuk tujuan program belajar seumur hidup. Model ini mengintegrasi berbagai teori untuk pembelajaran usia dewasa seperti Andragogy (knowles), Experiental Learning (Rogers), dan lifespan psychology.
Dua variabel utama dalam model CAL adalah
(1). Karakteristik personal, mencakup dimensi: umur, fase kehidupan, dan tahapan perkembangan seseorang.
(2). Karakteristik situasi, mencakup: belajar secara part time atau full time dan belajar yang diwajibkan atau belajar yang sifatnya bebas sesuai keinginan.
Ketiga dimensi dalam karakteristik personal dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi umur
Dengan bertambahnya umurterjadi kemerosotan kemampuan sensory motor seperti penglihatan, pendengaran dan reflek. Namun terjadi peningkatan kemampuan intelegensi, seperti keterampilan mengambil keputusan, kosakata, dan membuat alasan.
b. Dimensi fase kehidupan, dan tahapan perkembangan seseorang
Komponen-komponen dimensi ini adalah pernikahan, pergantian pekerjaan, dan pensiun/purna bakti. Prosesnya berjalan secara seri dan pergantian antar fasenya dapat dipengaruhi oleh umur. Namun, tidak menutup kemungkinan tidak dipengaruhi oleh umur.
Administrasi pembelajaran yang mencakup jadwal belajar, lokasi dan prosedur; banyak dipengaruhi oleh variabel pertama (karakteristik personal)
Aplikasi:
Model CAL memberikan arahan dan panduan bagi program pendidikan untuk usia dewasa. Belum ada penelitian yang mendukung model ini.
Prinsip:
(1). Program pembelajaran orang dewasa sebaiknya memperhatikan pangalaman pesertanya.
(2). Program pembelajaran orang dewasa sebaiknya memberikan batasan umur bagi pesertanya.
(3). Orang dewasa cenderung merasa tertantang untuk meningkatkan tahap pengembangan diri.
(4). Orang dewasa sebaiknya diberi banyak pilihan jadwal dan pengorganisasian materi dalam program belajar.
SELENGKAPNYA.....
Sabtu, 26 Februari 2011
SOCIAL LEARNING THEORY
Penemu : A. Bandura (1977)
Fokus : Hubungan kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan terhadap proses belajar.
Teori Bandura berhubungan dengan teory Vygotsky dan Lavemengenal social learning. Bandura mengatakan bahwa perilaku seseorang merupakan proses hubungan kontinu dan berkelanjutan dari kognitif, sikap, dan pengaruh lingkungan. Seseorang dalam proses belajar akan melakukan observasi/pengamatan.
Komponen-komponen pembentuk observasi adalah:
(1). Attention (perhatian)
(2). Retention (ingatan
(3). Motor Reproduction
(4). Motivation
Social learning theory mencakup pembahasan kognitif (memory, retention) dan perilaku (attention dan motivation).
Aplikasi:
Teori Bandura banyak dipakai pada pemodelan perilaku di lembaga-lembaga pelatihan. Teori ini juga banyak digunakan untuk : memahami perbuatan agresif, keterbelakangan kejiwaan; utamanya jika dikaitkan dengan perubahan perilaku.
Prinsip:
(1). Seseorang akan mudah meniru model perilaku tertentu jika menguntungkan dirinya.
(2). Seseorang akan mudah meniru model perilaku tertentu jika model tersebut dapat ditiru oleh pengamat, mempunyai nilai fungsional, dan mengagumkan.
SELENGKAPNYA.....