Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
DANNY AJAR BASKORO

Powered by Blogger

Sabtu, 04 Juli 2009

APAKAH KITA MENGALAMI KELELAHAN EMOSIONAL?



Kelelahan emosioanal merupakan satu dari tiga dimensi burnout yang diperkenalkan Maslach. Maslach (1993) dalam Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa burnout merupakan sindrom psikologi yang terdiri dari kelelahan emosional, depersonalisasi, dan kemunduran kepribadian. Seseoarang yang bekerja berorientasi melayani orang lain dapat membentuk hubungan yang bersifat “asimetris” antara pemberi dan penerima layanan. Seseorang yang bekerja pada bidang pelayanan, ia akan memberikan perhatian, pelayanan, bantuan, dan dukungan kepada klien, siswa atau pasien. Hubungan yang tidak seimbang tersebut dapat menimbulkan ketegangan emosional yang berujung pada terkurasnya sumber-sumber emosi.

Profesi pelayanan, misalnya guru pada dasarnya merupakan suatu pekerjaan yang menghadapi tuntutan dan pelibatan emosional. Guru terkadang dihadapkan pada pengalaman negative dengan siswa sehingga menimbulkan ketegangan emosional. Situasi tersebut secara terus-menerus dan akumulatif dapat menguras sumber energi guru. Sehingga kelelahan emosional merupakan inti dari sindrom burnout (Caputo, 1991 dalam Sutjipto, 2001).
Menurut Pines dan Aronson (1989) kelelahan emosional, yaitu kelelahan pada individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa tidak berdaya dan depresi. Definisi ini senada seperti yang diungkapkan oleh Maslach, 1993 dalam Sutjipto, 2001 bahwa seseorang yang mengalami kelelahan emosional ditandai dengan terkurasnya sumber-sumber emosional, misalnya perasaan frustasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, tertekan, apatis terhadap pekerjaan dan merasa terbelenggu oleh tugas-tugas dalam pekerjaan sehingga seseorang tersebut merasa tidak mampu memberikan pelayanan secara psikologis.
Kelelahan emosional selalu didahului oleh suatu gejala umum, yaitu timbulnya rasa cemas setiap ingin mulai bekerja, yang kemudian mengarah pada perasaan tidak berdaya menghadapi tuntutan pekerjaan. Kebiasaan ini mengubah individu menjadi frustasi atau marah pada diri sendiri (Babakus et al., 1999).
Kelelahan emosional timbul karena seseorang bekerja terlalu intens, berdedikasi dan komitmen, bekerja terlalu banyak dan terlalu lama serta memandang kebutuhan dan keinginan mereka sebagai hal kedua. Hal tersebut menyebabkan mereka merasakan adanya tekanan-tekanan untuk memberi lebih banyak. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri mereka sendiri, dari klien/siswa yang membutuhkan, dan dari para administrator (pengawas dan sebagainya). Dengan adanya tekanan-tekanan ini maka dapat menimbulkan rasa bersalah, yang pada gilirannya mendorong mereka untuk menambah energi lebih besar. Ketika realitas yang ada tidak mendukung idealisme mereka, maka mereka tetap berupaya mencapai idealisme tersebut sampai akhirnya sumber diri mereka terkuras, sehingga mengalami kelelahan atau frustasi yang disebabkan terhalangnya pencapaian harapan (Freudenberger dalam Farber, 1991).
Suatu penelitian tentang burnout yang dilakukan oleh Sweeney dan Summers, (2002:236) terhadap guru-guru sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat umum hingga perguruan tinggi, membuktikan adanya tingkat kelelahan emosional yang dialami guru-guru dan tenaga pendidik pada umumnya. Penelitian yang dilakukan pada bulan November-Desember 2002 di berbagai kota di Amerika Serikat menunjukkan hasil sebagai berikut:
1) Guru-guru SD dan SLTP yang mengalami:
a) Kelelahan emosional : 38,84%
b) Depersonalisasi : 20,10%
c) Kemunduran kepribadian : 41,06%
2) Tenaga pendidik di Sekolah Menengah Lanjutan Umum sampai Perguruan Tinggi yang mengalami:
a) Kelelahan emosional : 45,33%
b) Depersonalisasi : 13,59%
c) Kemunduran kepribadian : 41,08%
Berdasarkan sajian di atas jelas sekali bahwa kelelahan emosional dialami oleh semua guru dan tenaga pendidik pada umumnya.
Berdasarkan bacan diatas maka indikator dari kelelahan emosional menurut saya adalah:
1. Mudah marah
2. Merasa terbelenggu
3. Mengeluh
4. Putus asa
5. Sedih
6. Tidak berdaya
7. Tertekan
8. Gelisah
9. Tidak peduli
10. Bosan
11. Gangguan fisik


Daftar Bacaan:
1. Babakus, Emin., David W. Cravens., Mark Johnston & William C. Moncrief, 1999. The Role of Emotional Exhaustion in Sales Force Attitude and Behavior Relationships. Journal of the Academy of Marketing Science. Volume 27 No.1, p.58-70.
2. Boles, J.S., M.W. Johnston & Joseph W. Hair,.1997. Role Stress, Work Family Conflict and Emotional Exhaustion: Inter-relationship and Effects on Some Work-related Consequences. Journal of Personal Selling & Sales Management. 1: 17-28
3. Burke, Ronald J & Esther Greenglass. 1995.A Longitudinal Study Of Psychological Burnout In Teachers . Journal Human Relations. 48: 187.
4. Farber, Barry A. 1991. Crisis In Education: Stress in the American Teacher. Jossey-Bass Publishers. San Francisco.
5. Friesen, David & C.M. Prokop .1988. Why Teachers Burnout . Journal Educational Research Quarterly. 12:9.
6. Sweeney, John & Scott L. Summers. 2002. The Effect of the Busy Season Workload on Public Accountants Job Burnout. Behavioral Research in Accounting.Vol. 14.
7. Sutjipto. 2001. Apakah Anda Mengalamami Burnout. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Balitbang. Depdiknas. Jakarta. 32: 689.
8. Zagladi, Abdul Latif. 2004. Pengaruh Kelelahan Emosioanal Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Dalam Pencapaian Komitmen Organisasional Dosen Perguruan Tinggi Swasta. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang.

1 komentar:

  1. asslm ..
    bu saya butuh artikelny pa sutjipto yg berjudul "apakah anda mengalami burnout" ... ibu punya gk artikel tsb ?

    BalasHapus